Monitoring Populasi Burung Cenderawasih (Paradiseae minor) Di Sekitar Cagar Alam Pegunungan Cycloops - Papua

Pengarang : Sutisna Yoga, Pascaisnawaty Septi, Irwanto Chandra, Febria Rima
Penerbit : Balai Besar KSDA Papua
Tahun : 2016
Abstrak :  

Pulau Papua dikenal sebagai kawasan biogeografis terluas ketiga di Indonesia yang memiliki tingkat keanekaragaman sumberdaya hayati tinggi yang dicirikan oleh perpaduan dua ekosistem utama, yaitu daratan dan perairan. Pulau Papua dikenal pula sebagai suatu wilayah yang memiliki ragam ekosistem terlengkap dan unik di daerah tropis. Keunikan dan kelengkapan ragam ekosistem tersebut mendorong pemerintah menetapkan beberapa wilayah darat dan perairan sebagai kawasan konservasi dalam rangka upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloops memiliki potensi keanekaragaman hayati yang mempunyai arti dan makna yang strategis dalam mendukung kehidupan manusia terutama untuk masyarakat di Kotamadya Jayapura dan Kabupaten Jayapura. Cagar Alam Pegunungan Cycloops merupakan salah satu kawasan konservasi dari 17 Kawasan Konservasi yang dikelola oleh Balai Besar KSDA Papua dengan Luas : 22.500 Ha (SK. Menhut RI No. 365/Kpts-II/1987). Secara administrasi Cagar Alam Pegunungan Cycloops, berada di wilayah Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura.

Cagar Alam Pegunungan Cycloops berdasarkan data pada Balai Besar KSDA Papua memiliki 278 (dua ratus tujuh puluh delapan) jenis burung, dimana diantaranya terdapat 9 (Sembilan) jenis Cenderawasih yaitu Manucodia mengkilap  (Manucodia atra), Manukodia Leher Keriting (Manucodia chalybata), Manukodia Jobi (Manucodia jobiensis), Toowa Cemerlang (Ptiloris magnificus), Cenderawasih Mati-kawat (Seleucidis Melanoleucus), Paruh-sabit Paruh-putih (Epimachus bruijnii), Cenderawasih Raja (Cicinnurus Regius), Cenderawasih Belah-rotan (Cicinnurus magnificus), dan Cenderawasih Kuning-kecil (Paradisaea Minor). 


LIHAT BUKU LENGKAP (PDF)

* Untuk mengunduh buku ini Anda harus terlebih dahulu.